Thursday 24 July 2008

run for your life

run run run...
i just want to run

and forget all the nightmares behind
forget all the pain that grabbed my heart and twisted it

run run run
run for your life!
leave all the wound behind

but...
forgetting is just not forgiving
when can i forgive?
i'm tired of remembering you every single day
with such a hatred lies deep inside my heart
i hate you.

and i want to run away
dunno where...
just want to save my life from you
save my world from you
just go away!

Saturday 19 July 2008

duh, sakit perut!

Hiks, seumur-umur g mens, baru kali ini ngalamin sakit yang gak ketolongan parahnya... sakit, nyeri, ngilu.... hiks.
Saking sakitnya, g ampe gak nafsu makan. Rekor deh, udah lebih dari 12 jam belum makan juga. Gak nafsu! Perut rasanya tegaaang banget. Untung ada yayang yang selalu siaga, hahaha...
Sebalnya, lagi sakit-sakit gitu, dapet telpon yang nyebelin dari si bos. Huks. Kenapa siiih... klo ngomong ma g tuh suka gitu... kenapa sih???
Yah, mungkin g jg kali harus lebih bersabar hati sama dia....
tapi tetep... sakit perut!!! Huhu.

Wednesday 16 July 2008

The Reason Why

Last nite the man of my past called. And told me about his journey to win her heart. And I was a little crashed. And I was wondering… do I still have feeling for that guy? Did I resent how he fight for his so-called true love? Or I just purely don’t like her too much? Well looking at my guy here now… somehow, I secretly selfishly think that I’m the luckiest woman in the world. How he cares for me, how he supports me, how he loves me with his own way, how he protects me, how he learns hard to provide our future.

There are few moments when I wonder why him, not that one. Why not that one, why him. But, remembering what I’ve been through, I must say… this one, he, is the best. I don’t even think I could ask for more.

That’s what my Heavenly Father has provided. And I want to learn to appreciate him, to love him for the rest of my life.

Saturday 12 July 2008

so what?

Hachi!
SMS diterima.

"Hai Dewi, apa kabar? Gimana pelayanan?"

Being a quite straightforward person, langsung g jawab, "Hai, g baek2 aja.... Iya ni, g lg transisi, baru lepas pelayanan."

SMS dikirim

Hachi!
SMS diterima.

"Lho, jadi kamu ga di abbalove lagi? Kenapa lepas pelayanan? Gak sekantor* lagi dong ma Darwin**?"

Cermin yang Terang


Sebagai seorang perempuan yang masih belum bisa melepaskan diri dari cermin, ada satu hal yang sangat saya hindari.
Berkaca di cermin yang disinari lampu terang.
Tanyakan pada setiap perempuan, rata-rata mereka juga pasti menghindarinya.
Simpel, karena berkaca di cermin yang disinari lampu akan membuat semua noda dan bekas jerawat terlihat jelas.
Ironis ya, sementara kita berkaca untuk melihat apa ada yang kurang atau harus dibersihkan dari wajah kita, kita juga menghindari cahaya lampu yang cukup terang untuk menelanjangi semua noda di wajah kita.
Dan, bukankah kadang-kadang seperti itu sikap hidup kita?
Kita ingin tahu apa yang harus dibenahi dari hidup kita, dan kadang-kadang bukannya kita tidak tahu.
Tapi kita menolak dibawa ke 'cermin yang terang', karena itu menimbulkan perasaan yang tak enak di perut kita. Ouh, ada noda dosa di sana, harus dibersihkan. Ah, ada bekas kepahitan di sana, harus dirawat.
Jadi... banyak kita (yeah, me too) cukup puas berkaca di depan cermin dengan penerangan seadanya. Namun ketika sinar itu datang, lampu dinyalakan... I think we will stand embarrassed in front of the Light.