Monday 17 August 2015

when the dark cloud has gone


Lucu,

bagaimana seseorang yang menjadi mimpi burukmu bertahun-tahun, tiba-tiba lenyap begitu saja.


Seseorang yang telah menjadi awan kelabu dalam kehidupanmu, tiba-tiba hilang seperti nasib ponselmu kalau dibawa tanpa pengawasan dalam metromini di Jakarta.

Seseorang yang, mungkin tanpa disadarinya, telah erat mencengkeram jalan napasmu, sehingga setiap kali harus bertemu dengannya, kau merasa udara begitu tipis dan kau hanya ingin segera menyudahi waktu tersebut.

Hampir setiap hari pikiranmu dirundung oleh orang itu, apa yang telah dikatakan dan diperbuatnya kepadamu, entah dia sengaja atau tidak, namun yang pasti telah meninggalkan luka yang tak mudah disembuhkan, dan kau hanya bisa berharap agar kau tak perlu bertemu dengannya lagi.

Kau tahu, kau tak bisa mengharapkan dia mati. Kau hanya berharap agar Tuhan yang pemurah memberikan anugerah untukmu mengampuninya, dan entah bagaimana, kalian bisa berteman, atau, yah, minimal, kau bisa bernapas seperti biasa ketika harus bersamanya.

Tuesday 11 August 2015

Sekitar tahun 2004, saya sedang gundah untuk berhenti dari kantor pertama saya. Lingkungan kerja sudah tidak kondusif, cenderung negatif. Atasan persis di atas saya sudah bulat tekadnya untuk berhenti. Entah dia akan bekerja apa setelah itu, yang pasti dia tidak ingin lebih lama lagi di kantor ini. Saya juga ingin buru-buru berhenti, tapi karena belum ada kepastian kerja di mana selanjutnya, saya masih mempertimbangkan keputusan itu.

Makanya saya kaget betul ketika mendapatkan email dari penerbit terbesar di Indonesia. Wow, lamaran yang saya masukkan setahun yang lalu akhirnya diresponi positif! Sebelumnya, mereka memang sudah membalas dan mengatakan mereka belum punya lowongan. Siapa sangka, hampir kemudian, mereka mengundang saya untuk ikut tes penerjemah di kantor mereka.