Wednesday 29 July 2015

group check-in PGK-CGK


Bulan lalu, tepatnya tanggal 6 Juni, kurang setelah lebih 3 minggu aku asyik berleha-leha di rumah Papa-Mama di Belinyu, Bangka, waktunya untuk kembali ke Jakarta, menunaikan kembali tugas sebagai istri Tuan Aries yang nelangsa ditinggal anak-istri selama itu. Bhihik.

"Beliin tiket buat 8 orang ya!" instruksi Mama.
WHAT?
Ternyata selain kami berempat (Papa, Mama, aku, dan Ben), kita ketambahan 4 orang lagi yang akan ke Jakarta pada tanggal yang sama.
Setelah drama membandingkan harga tiket di agen dan internet, kita dapet diskon lewat tiket.com, buru-buru pesen, buru-buru bayar pula. Semua dilakukan satu nama demi satu nama, supaya bisa dapet diskon tersebut. Untung jaringan 3G XL lagi lancar-lancarnya di sana, jadi gak ada kendala dalam pemesanan online.




Drama kedua dimulai pada hari H, tentunya. Penerbangan pukul 9.40, kita sudah siap jalan dari rumah pukul 6.30 karena harus jemput-jemput orang dalam 2 kloter dan jarak dari Belinyu ke Pangkal Pinang kurang lebih 2 jam.

Kloter pertama berisi dua ai-ai (tante-tante), sedangkan kloter kedua ibu dan anak. Di perjalanan, tiba-tiba terdengar suara mendesis kencang. Sopir berkali-kali menengok ke belakang. Khawatir ada ban bocor, dia buru-buru menghentikan mobil dan mengecek ke belakang. Baru juga sampai di tengah mobil, si ai dari kloter 1 berteriak, "Eh, ini radio hp gua nih, radio hp gua gak bisa dimatiin!"
Si ai makin seru karena kacamatanya entah terselip di mana, jadi dia tidak bisa melihat jelas buat matiin radio itu. Aku pun turun tangan mematikan radio hp itu. Untunglah, meskipun sudah hampir sepuluh tahun tidak melihat hp semacam itu lagi, otakku lumayan jalan buat tahu cara mematikannya.

Sampai di bandara Depati Amir, kita berbaris buat check-in. Another drama began. Mulai dari Mama yang ngotot menolak kardusnya di-wrap, sampe dua kloter tersebut yang sibuk bagi-bagi jatah bagasi biar gak overload. Semua proses itu LUAMA banget. Thank God I maintained to keep my sanity.


Waktu masuk ke ruang tunggu, si tante dari kloter 2 diberhentiin sama petugas.
Gara-gara si tante bawa... ulekan.

"Bu, ini harus masuk bagasiii!"
Yasalam.
Balik lagilah si tante berkutat dengan urusan bagasinya. Dan gara-gara ulekan batu itu, dia kena juga bagasi tambahan, hampir 3 kg.

Masuk pesawat, drama lagi. Petugas tidak mengizinkan boarding rombongan, jadi setiap orang harus mengeluarkan kartu identitas masing-masing. Rempong, karena beberapa kali aku terbang dalam grup (lebih dari 3 orang), biasanya 1 KTP cukup.

Di pesawat, keadaan rame lancar.
Mendarat di Soekarno-Hatta, belum juga roda pesawat berhenti menggelinding, terdengar bunyi dering hp (BIASAAAA).
Eh, si ai kloter 1 panik lagi, "Ya ampun, hp gua belum dimatiin!"
YHA.

Untunglah perjalanan yang melelahkan itu segera berakhir, dan aku pun menghambur ke pelukan suami tercinta.
(Maunya. Yang menghambur sih Ben. Aku kebagian dirangkul doang, hiks.)






No comments: