Tuesday 14 September 2010

Kembalinya Cinta Si Anak Pulau

Saya lahir di sebuah pulau yang indah, yang saya banggakan setengah mati. Pada hakekatnya, saya tinggal dikelilingi air. Tidak jauh dari belakang rumah saya ternyata ada sungai. 30 menit dari rumah, sudah ketemu pantai. Naik kapal 45 menit lagi dari pantai itu, ketemu lagi pulau lain. Pantai sudah menjadi pemandangan saya sejak kecil. Tapi, saya tidak bisa berenang. Entah kenapa. Waktu kecil, saat sedang berlibur ramai-ramai ke pantai, saya memang pernah ‘dibenamkan’ oleh salah satu om saya ke dalam laut. Saya ingat, saya cukup panik waktu itu. Apa gara-gara itu? Atau karena saya memang tipe anak rumah yang jarang berbandel-bandel ria? Atau karena saya lebih suka menjelajahi hutan, mengenali setiap tumbuhan daripada berpanas-panasan di pantai? Entahlah. Yang pasti, saya tidak bisa berenang.
Semakin besar, entah kenapa pula, saya parno dengan air. Bahkan di kolam renang sedalam 1 meter pun, saya akan segera panik kalau agak jauh dari tepian kolam. Banyak sudah peristiwa memalukan terjadi waktu saya berada di dalam kolam. Let’s talk about them later :D

Nah, si bee, calon suami saya yang terkasih, tergila-gila setengah mati sama pantai. Bahkan gara-gara sempat mengunjungi rumah di kampung halaman saya, dia pun berniat pindah ke sana setelah 3 tahun menikah. Saya sampai sempat merasa bersalah karena dia begitu ingin snorkling bersama saya, sementara saya menderita parno akut pada air.
Nah, tanggal 11-12 September kemarin, pas libur Lebaran, seorang teman menawari bee untuk ikut berlibur ke Pulau Pramuka. “Murah, cuma 100rb all in!” begitu promosinya. Si bee dengan antusias langsung mendaftarkan diri tanpa bertanya pada saya terlebih dulu. Dan, karena ingin menyenangkan hatinya, saya pun ikut serta. Eh ndilalah, biaya tersebut ternyata terus membengkak karena belum termasuk transportasi, dan harga terakhir yang kita tahu adalah 160rb. Karena masih masuk akal, kita oke.
Sabtu, 11 September, pukul 06.30, pelabuhan Muara Angke. Saya nyaris chickened out waktu ngeliat betapa RAME-nya tempat itu. Penuh dengan anak-anak muda, mulai dari yang alay sampe yang bohay, semua berbondong-bondong memenuhi perahu yang akan membawa orang-orang kota ini kabur sejenak dari mumetnya ibu kota. Saking penuhnya, kita – total ber-12 orang – kebagian tempat di atap kapal! Sebelum pukul 10 sih kita masih asyik, tidur-tiduran menatap langit cerah, maen capsa, ngemil dll. Masuk pukul 10an, matahari mulai ganas mengangkang, kami pun mulai layu. Perjalanan yang dijanjikan cuma 2,5 jam ternyata molor sampai 4 jam lebih. Gara-garanya, kapal ternyata mampir ke P. Tidung dulu. Dan payahnya, di atas kapal, kita dikenai pungli, yang mestinya 30rb menjadi 33rb. Itulah Indonesiaaaa….
Sampe di Pramuka, kurang lebih pukul 12 siang. Sempat terjadi perdebatan, apakah kita nunggu makan siang dulu – yang katanya siap dalam 1 jam dan ini gara-gara si ibu yang gak angkat telepon dari kita tapi nyalahin kita, blah – atau langsung beraktivitas keliling pulau. Si bee yang udah semangat pengen snorkling harus bete gara-gara kalah voting. Maklum, dari 12 orang itu, komposisinya kurang menguntungkan. 8 cewek, 4 cowok. You know laahh…. So, kita pun cancel makan siang dari si ibu pemilik rumah, dan mencari makan di kerambah. Harga makanan di sana sungguh gak masuk akal. Mentang-mentang Lebaran, prasmanan yang isinya ikan semua dikenai biaya 50rb satu orang. Udah gila apa! Akhirnya kita cabut dan ngisi perut dengan nasi goreng warung pinggir jalan 10rb. Not bad at all meskipun isinya cuma telor. Rasanya sih enak, ada terasinya. Nyam.
After lunch, kita pun menuju P. Semak Daun, buat pemanasan. Then it was my first intro to snorkling. Si bee yang jadi instruktur. He was doing great! Dia udah perhitungin kalo saya bakal panik waktu ngambang di air yang dalam, makanya pelan-pelan dia bawa saya dari air yang cuma sedengkul ke air sedada. Whoa, menyenangkan. Setelah beberapa lama, kita pun cabut, menuju lokasi snorkling yang sebenarnya. Payah juga, di sini kita digetok biaya parkir 30rb!!! Kita cuma bayar 20rb, biarin deh.
Spot snorkling pertama bagus banget! Agak shock juga karena it’s in the middle of the sea gitu lho. Tapi karena terus ditemani yayang, jadi menyenangkan, huahaha. Gak juga deng, saya benar-benar takjub dengan alam di bawah sana. I was literally swimming with fish! Ajaib banget deh rasanya, ngeliat ganggang, terumbu karang di sana. Sorry, I can’t describe the feeling quite very well  tapi amazing banget, percayalah.
Spot kedua ternyata BUANYAK sampah. Sedih banget deh. Terus kita pindah ke spot berikutnya. Terumbu karangnya buatan, dan masih tahap pengembangan, jadi belum sempurna. Arusnya juga kenceng, si bee sampe kewalahan harus menggeret saya. Ternyata banyak pula ubur-ubur imut di sana, jadi gak lama, kita angkat sauh dan bergerak ke spot berikutnya. Di sana komsel-komsel bulu babi sudah menunggu, jadilah kita menyerah dan mengakhiri perjalanan snorkling hari itu.
Malamnya kita disuguhi masakan ibu pemilik rumah. Not bad, cuma agak gak worth it dengan biayanya. Later that night, we had some pan-grilled fish. Not bad juga.
Besok paginya, saya, bee dan salah satu teman baru yang kami juluki Shinta-Jojo karena selalu berduaan dengan temannya yang sama-sama cewek, berkeliling mencari pantai yang konon bagus itu. Eeeeh, kita malah ketemu pantai yang jadi TPA. Penonton kecewaaaa…. Habis itu saya pun mandi. Baru juga selesai mandi, si bee dengan semangat ngajak, “Yuk, berenang di pantai depan rumah!” Saat itulah saya menyadari betapa indahnya sebuah kebebasan. Baru saja mandi bersih – takut kesiangan karena listrik mati pukul 7 pagi – dan diajak berenang di laut? I said yes to that! :D what a freedom!
Kita berenang agak lama, kebetulan air belum pasang, jadi kita masih bisa jalan agak jauh ke tengah, dan air masih di bawah dada. Coba-coba snorkling lagi, kali ini tanpa bantuan selang. Lumayan… lumayan kesedak air laut. Hahaha. Nih bibir sampe kayak digincu aja deh.
Akhirnya, pukul 1 siang, kita pun pulang ke Jakarta. Kali ini dapet kapal yang jauh lebih bagus, dan kita berhasil dapet the best spot. Karena gak mampir-mampir lagi, kecuali sempat berhenti bentar entah kenapa, 2,5 jam saja kita udah tiba kembali di Muara Angke. Waktu itu, rasanya belum pernah segembira itu saya melihat si Regatta.
Maka, berakhirlah liburan singkat yang ternyata menyenangkan ini! Dan… saya menemukan kembali cinta yang saya pikir sudah hilang. Cinta saya pada air, pada laut, pada pulau. Cinta yang telah tertanam di darah saya sebagai seorang anak pulau. Will be back snorkling!!! And maybe diving – after I learn how to swim first :D!


Rekap biaya liburan ke P. Pramuka:
Kapal berangkat :  33.000 (pungli, gak dapet tiket)
Penginapan : 350.000 (per malam bagi 12 orang. Rumahnya bisa rame2.)
Makan :  20.000 (per kali makan. Kalo mo irit ya makan di warung2 dengan menu seadanya)
Kapal keliling2 : 350.000 (kayaknya ini harga Lebaran)
Parkir tak terduga :  30.000 (tanya dulu sebelum mampir ke pulau2nya!)
Sewa alat snorkl :  30.000 (digetok lagi, mestinya 25.000)
Kapal pulang :  34.000 (digetok tanpa ampun, di tiket tertera 30.000)
Parkir motor :  10.000 (di dalam gedung di Muara Angke. Semalam 10.000)


Total biaya: itung sendiri yak, males. Hihihi.
PS: oiya, pulau saya itu namanya Pulau Bangka ;)




penyusuk, salah satu pantai terindah di Bangka
after snorkling at Pramuka Island



No comments: