Saturday 1 December 2012

memory or dream?

[caption id="attachment_192" align="alignright" width="240"]bukunya om piring beserta kata2 mutiaranya :D bukunya om piring beserta kata2 mutiaranya :D[/caption]

Belakangan ini gue suka kangen rumah tempat gue dibesarkan di Bangka. Gue kangen sama masa-masa gue sekolah dulu.

Kangen sama sore-sore gue ngayuh sepeda ke SD Santa Agnes untuk nongkrong di perpustakaannya.

Kangen mikirin mo jajan apa hari ini dengan uang saku yang super ngepas dari Mama.

Kangen jalan rame-rame sama temen-temen SMP ke SMP Negeri 1 yang paling nge-hits waktu itu.

Beberapa hari yang lalu, entah lagi nonton apa gue lupa, salah satu tokoh di serial TV ngomong gini, "Ada pepatah: 'as you get older, memory is more important than dreams'."

Gue pun langsung termangu-mangu dan membatin, "Kalo gitu gue emang udah tua dong!"

Seriously. Rasanya sekarang pengen banget gue angkat koper, angkut BabyBen dan geret suami balik ke Bangka. Back to my hometown, with my parents, which I know, is not possible now. We need to raise our own family, I know.

Anywaysss... ada satu orang yang gue follow di Twitter sejak dulu, ga pernah gue unfollow, segaring apa pun dia. Dari twit-twit dan tulisan di blognya, sepertinya dia orang yang asik, menyenangkan, dan pintar. Caranya menyikapi apa yang tengah heboh di twitland pun menyejukkan. Ga menghakimi, ga sok paling bener. Yaa, kadang ada dia marah-marah, tapi jarang banget, and he did it quite nicely! Nah, baru-baru ini dia ngeluarin buku, dan ga seperti buku-buku celebtwit yang sempet pengen gue beli, yang ini bener-bener gue beli. Gue pesen online demi dapetin edisi tanda tangannya. Dapet bonus pula, berupa kata-kata mutiara dari dia.

Si Om ini kemudian menulis posting di blog yang sedikit memberi pengantar tentang bukunya. Salah satu postingnya yang bercerita tentang ga jadi beli syal beli kolor pun jadi itu cukup menginspirasi gue hingga gue tergerak menengok blog yang udah berdebu ini :D

Ya, dulu gue punya mimpi buat jadi penulis. Buat nulis buku yang cetar membahana (damn you syahrini), yang mengguncangkan dunia dan mengubah hidup orang-orang yang membacanya. Gue merasa punya modal untuk itu.

Gue suka baca dari kecil. Waktu umur 3 tahun, gue maksa masuk TK di deket rumah gue. Pada sesi membaca, dengan pede gue yang belum bisa baca waktu itu mengambil majalah Bobo dan sok membacanya dengan serius di meja gue yang paling depan. Pastilah guru gue setengah mati nahan geli, karena oh karena sesungguhnya gue bacanya kebalik!

Waktu SD pun gue suka nongkrong di perpus. Sore-sore aja gue bisa balik lagi buat puas-puasin baca. Waktu SMP gue mulai berkenalan sama buku-buku yang lebih berat macam tulisannya NH Dini, Agatha Christie, dll. Temen gue yang juga suka baca mengajak gue ke perpustakaan swasta yang dikelola PT Timah. Herannya, sekalipun temen-temen gue pada gandrung sama Harlequin, gue lebih tergila-gila sama Agatha Christie dan Enid Blyton.

Sayang sekali, waktu SMA gue ga menemukan perpustakaan yang bisa memuaskan dahaga baca gue. Gue cuma bisa ngandelin majalah-majalah lama - yang berhasil gue selamatkan dari tangan Mama yang rajin membuang tumpukan buku lama T.T -, komik-komik yang gue sewa di perpustakaan temen deket gue.

Di kuliah, gue mulai tau Maya Angelou, Nancy Drew, Laura Ingalls, juga buku non-fiksi kayak biografi Lee Iacocca.

Pada dasarnya gue suka baca. Sampe kalo lagi pup, mesti ada yang gue baca. Mulai dari komik sampe label sampo. Suami gue pernah bilang kamar mandi gue kayak perpustakaan. Hihi. Boleh juga sih, tar klo punya rumah sendiri, gue bakal bikin tuh kamar mandi ada rak khusus buku! Books are great, books are fun, kata Barney the purple dino.

Gue juga cukup bagus nulisnya. Waktu kelas 5 SD, gue pernah jadi juara ngarang sekelas. Guru gue terkagum-kagum sama diksi gue yang sangat beda dari temen-temen gue. Waktu SMA, gue jadi juara nulis surat gombal buat senior waktu OSPEK (eh, ini prestasi bukan ya?). DI SMA juga gue pernah bikin malu the it-girl yang pernah nge-bully satu cewe lewat tulisan gue di Mading. Waktu gue pindah ke Jakarta buat kuliah dan masih rajin surat-suratan sama temen gue di Bangka, dia bilang dia seneng banget terima surat gue, malah dia suka baca bareng kakaknya. Kata kakaknya, surat-surat gue seperti cerita.

Tapi gue ga bisa nulis panjang-panjang. Kalo direncanakan, sepertinya. Buktinya sekarang tulisan gue pasti udah jauh ke bawah nih. Tugas akhir kuliah gue berupa scientific writing, minimal 25 halaman, gue bikin tepat 25 halaman. Dosen pembimbing gue sampe setengah memohon dan merayu agar gue mo lebihin. "Temen-temen kamu nulisnya minimal 60 halaman lho!" Dan akhirnya gue pun bikin jadi... 33 halaman saja :D Toh gue berhasil dapet B gendud, nyaris A, kata dosen gue sambil memandang gue penuh kekaguman (menurut gue lho).

Gue pernah share mimpi ini ke salah satu temen gue. Dulu kita deket banget, dan dia rajin ngingetin gue soal mimpi ini. Gue bahkan udah punya topiknya, udah kebayang kerangkanya, udah tau awal dan akhirnya, tapi ketika mulai nulis, gue mandeg. Entah sejak kapan, ato emang gue begitu orangnya, gue ga bisa ngarang panjang-panjang lagi. Sebagai seorang penerjemah buku, kadang gue pengen flip laptop waktu ketemu tulisan yang gambarin detail obyek dengan superrinci. Padahal kata sodara gue, detail membantu (dia) untuk merasa ada dalam cerita itu. Nah, mungkin gue orangnya males ngelukisin detailnya.

Itu dia kata kuncinya, sepertinya. MALES. Gue males explore. Males belajar. Gue akuin, gue seringkali merasa gue ini jack of all trades, master of none. Bisa banyak hal sedikit-sedikit, tapi gada satu pun yang menguasai. Karena apa? Ya males tadi! Males ngulik-ngulik, males memeras otak lebih keras. Jadinya, mimpi gue pun terbengkalai. But, thanks to Om Piring, mimpi gue yang mulai tertutup sama memori-memori pun tersibak kembali.

Iya sih ya, kenapa lebih seneng sama kenangan masa lalu.. waktu itu kan gue belum sedewasa sekarang, pasti enak, ga banyak tanggung jawab, jalanin hari demi hari dengan senang-senang.

Can I still reach my dream? I found it that kadang gue suka beralasan, mo ngapain write another book? Can't you see piles of new books on the rack? And they are celebtwits! Some of them are good writers! Tapi seperti yang Om Piring bilang, hargai the act of creation-nya. Proses pembuatannya, penulisannya. Hal itu semacam pertanggungjawaban gue kepada sang Pencipta yang telah menganugerahkan karunia berkata-kata kepada gue.

Gue harap akan ada masanya mimpi itu tercapai. Amin. Thanks, Om Piring!

dedicated to @newsplatter

No comments: