Tuesday 17 February 2015

Samosir-Medan Trip (1)



Kamis, 12 Februari, pukul 6 pagi, kami bersiap meninggalkan Jakarta melalui bandara Soekarno-Hatta. Taksi BlueBird yang kami pesan datang tepat waktu, dan mengantarkan kami tiba di bandara kurang lebih 45 menit lamanya. Karena sudah mobile check-in, saya langsung menuju counter Garuda Indonesia yang paling sepi (dengan tulisan waiting list passengers) dan menunjukkan ponsel saya pada petugas di sana. Tepatnya, isi SMS yang saya terima dari Garuda. Tak sampai 5 menit, boarding pass pun saya terima.
Perjalanan dengan Garuda selalu menyenangkan. Saya nonton film Tabula Rasa (2014) hampir sepanjang perjalanan, sayang belum selesai, pesawat sudah mendarat di Kuala Namu International Airport. Kesan pertama saya saat menginjakkan kaki di sini, wah, gede dan mewah banget. Saya harus menjelajahinya nanti waktu hari keberangkatan kembali ke Jakarta, tekad saya, yang terburu-buru karena ingin mengejar kendaraan menuju Siantar.
Seperti yang disarankan dalam blog seseorang, melangkah saja dengan tampang yakin, jangan terlihat bingung. Banyak sekali abang-abang yang akan mendekati Anda dan menawarkan kendaraan mereka. Jangan tergoda! Jika Anda seperti saya yang ogah mengeluarkan uang banyak sementara ada alternatif lain yang relatif lebih murah, segeralah melangkah keluar, carilah plang besar bertuliskan “Bus”, dan carilah kendaraan dengan label Paradep. Saya mendapat mobil Avanza, berkapasitas 7 orang penumpang dan 1 supir. Saya, suami, dan anak (dihitung full, karena itu dia berhak selonjoran di kursi), membayar 165 ribu untuk perjalanan 3 jam lebih ke Siantar. Mobil berhenti sejenak pada pukul 12 kurang di sebuah tempat makan sangat sederhana. Hanya kami dan sang supir yang makan. Harga makanan juga relatif terjangkau. Saya makan nasi dengan lauk ikan dan sayur lontong dikenai 15 ribu.



Lanjut! Perjalanan sesungguhnya pun dimulai. Saya mulai mabuk, gara-gara saya makan sepertinya. Buru-buru saya menenggak Antimo, dan teler dengan sukses. Yah, gak sukses-sukses amat sih, karena saya gak sepenuhnya tertidur, sesekali saya bisa merasakan tikungan-tikungan tajam dan kebut-kebutan si supir, sesekali meladeni Ben yang ingin dekat-dekat saya. Saya terbangun ketika mobil melewati hutan sawit, dan Aries komplain karena sedari di rumah saya menebarkan isu bahwa pemandangan menuju Siantar sangat indah. Ternyata yang dijumpai hanya pohon karet dan kelapa sawit. Ya maap, ternyata yang dimaksud adalah perjalanan melewati Brastagi. Hihi.
Tiba di Siantar, si supir berbaik hati mencarikan mobil menuju Parapat. Lagi-lagi Avanza, dan lucunya, mereka menawarkan kami mau bayar untuk 2 atau 3 orang. Lah yang tersedia cuma 2 bangku, piye toh bang. Jadi karena Ben dipangku, kami hanya bayar untuk dua orang. Satu orang cukup membayar 20 ribu, untuk perjalanan kurang lebih 1 jam.
Sudah mendekati pelabuhan Parapat, ban mobil kami bocor. Kami pun dialihkan ke angkot-angkot yang lewat. Bayar 8 ribu untuk bertiga, kami diantar sampai ke depan kapal. Abang-abang di situ dengan sigap menanyakan tujuan kami, lalu menunjukkan kapal mana yang harus kami tumpangi. Saat itu kami menumpangi kapal bernama Felix menuju Tuk-Tuk. Tak lama menunggu, kapal pun berangkat. Kurang lebih 45-60 menit perjalanan mengarungi Danau Toba, kapal mengantarkan satu per satu tamu ke penginapan mereka masing-masing. Kami yang terakhir, karena penginapan kami juga berada di ujung, Mas Cottages (review bisa dibaca di sini).

-to be continued-


No comments: