when Ben in tantrum

Oops! Kelewatan sehari nulisnya :((

Well, the show must go on, so!

Let me tell you more about Ben (3 yo, 1 mo 1 day).

Ben anak yang menyenangkan, kocak, lucu, gembul, cerdas - dan yang satu ini agak merepotkan - gigih. Gigih dalam artian, kalo dia pengin sesuatu, dia akan mengusahakan berbagai cara demi mendapatkannya. Dan biasanya pada anak-anak, cara yang mereka tempuh adalah dengan menangis (mulai dari volume rendah hingga melolong), menjerit, memanjat, bahkan, yang agak mencemaskan, melukai diri sendiri, entah dengan menjedut-jedutkan kepala ke tembok, dan menendang-nendang tembok (it happened last night).

Secara pribadi, ini menjadi PR besar bagi kami, khususnya gw, sebagai orang tua Ben. Jujur, gw sering kebawa emosi kalo Ben udah tantrum, akibatnya kita tantrum bareng. Epik banget kan. Setelah gw banyak dapat masukan, entah itu dari orang-orang yang lebih berpengalaman atau dari kisah-kisah orang di Internet, gw memutuskan untuk mengganti langkah menghadapi tantrum si Ben.


I tried to be in his shoes. I empathize with him, I know how difficult it is to not get what I want. Jadi, gw mulai menerapkan langkah-langkah ini:

1. Gw kasih tau baik-baik, dengan nada rendah, gw gak akan kabulin permintaan dia berikut alasannya. Kalo dia masih nangis dan jerit-jerit, gw akan kasih tau, gw tunggu dia tenang dulu baru ngomong lagi. Gw balik ke aktivitas gw lagi, kadang dengan Ben yang gelendotan di kaki sambil menangis.

2. Kalo tangisnya udah agak mereda, gw ajak dia berhitung 1-10. Awalnya gw merasa kayak orang bego karena ngajarin anak kecil begitu. Tapi ternyata hanya butuh sekitar 3 kali percobaan, berikutnya dia udah tahu dia harus berhitung untuk menenangkan dirinya.

3. Gw tanya dia udah tenang belum, kalo udah, Mama mau ngomong, Ben dengar ya, tapi jangan nangis atau marah dulu. Kalo dia udah mengangguk, baru gw lanjut. Ya kadang dia masih membantah gak jelas gitu, tapi at the end, kami akan mencapai kesepakatan, yang dilanjutkan dengan pelukan hangat dan doa terima kasih karena Tuhan udah bantu melembutkan hati Ben.


Gw bersyukur banget udah dibukain hikmat ini, sekarang Ben jauh lebih cepat mengatasi tantrumnya dibanding dulu. Gw juga jadi lebih sabar, dan itu sangat berpengaruh ketika gw harus berhadapan dengan Ben yang lagi ngamuk.

Tadi, dia nangis-nangis lagi karena mau minta ikan porsi ketiga. Gw gak kasih karena ikannya masih di freezer. "Sedikit ajaa," rayu Ben sambil memberi simbol sedikit dengan kedua jarinya yang gempal (have I told you that he's gonna be a great negosiator?). Gw tetap menolak, karena selain itu, Ben pernah makan 3 ekor ikan dan sukses buang-buang air. Gw lalu melanjutkan makan, Ben nangis-nangis di sebelah, lalu tanpa disangka-sangka, tau-tau dia nyeletuk, "Mama, Ben mau denger Mama ngomong." (Yang ini hasil didikan papanya Ben; kalo Ben gak mau denger, Papa gak mau ngomong. Biasanya kalo Ben udah tenang, baru kita bisa ngomong dan dia nyimak.)

I'm melted.