Friday 23 April 2010

Ghost Writer

Saturday, 17 April 2010
Venue: 21 Gajah Mada
With Slivi, Olin & Andre

Sejak tahu ada film ini, saya sudah kepingin banget nonton. Agak ragu buat ngajak si bee, karena tahu this is not his kind of movie. Bener, waktu ngajak dia, dia nyaranin, ‘Sedot aja!’ Hiks. Tapi entah kenapa, saya pengen nonton film ini di dalam bioskop, dengan suasananya yang gelap dan dingin.
Dan memang, dengan setting sebuah pulau di Amerika dalam musim dingin dan tokoh-tokoh kebangsaan Inggris, teater yang gelap dan dingin pun terasa sangat nyaman.

Ceritanya seorang ghostwriter (intinya sih orang yang nulis atas nama orang laen) disewa untuk menggantikan ghostwriter mantan PM Inggris, Adam Lang (Pierce Brosnan), yang tewas, entah karena bunuh diri atau dibunuh. Si Ghost (baru nyadar, dari awal sampe akhir film namanya gak pernah disebutin), yang diperanin dengan amat sangat bagus oleh Ewan McGregor, mulai menemukan berbagai kejanggalan dari hari pertama dia menyepakati perjanjian untuk melanjutkan penulisan.
Dari Inggris dia pun dikirim ke Amerika, menyusul Lang yang tengah di sana. Ghost disambut oleh sekretaris Lang, Amanda Bly (Kim Cattrall). Tante Cattrall tetap sekseh dan, salut, dia tampak berusaha keras untuk keluar dari image Samantha – Sex And The City – yang amat lekat menempel padanya. Sayangnya Tante Cattrall yang sebenarnya punya kewarganegaraan Inggris masih kurang medok berlogat British. Dengan cerdas Bly digambarkan sebagai selingkuhan Lang, baik lewat body language mereka, atau celetukan istri Lang yang selalu terlihat gelisah, Ruth (Olivia Williams).
Berbagai keanehan makin terasa jelas oleh si Ghost sementara berada di pulau yang sepi itu (oooh I just love the place!!). Berbagai ketidaksesuaian dalam naskah, protes terhadap kebijakan Lang di masa lalu, kematian ghostwriter pertama, membuat si Ghost mau tak mau terusik. And I love this part. Seorang penulis sudah seharusnya menyajikan kebenaran, dan bagaimana dia berusaha mencari tahu, menyelidikinya, benar-benar hal yang natural untuk dilakukan seorang penulis. Mencari kebenaran, dan menyampaikannya pada orang lain.
Berbagai masalah pelik dihadapi si Ghost yang tadinya tidak tahu apa-apa dan (mungkin) tidak peduli apa-apa, dari masalah kecil yang ‘menyenangkan’ hingga yang bisa mengancam nyawanya.
Roman Polanski memberikan sentuhan tak terduga di ujung cerita, dan bagaimana nasib Ghost digambarkan dengan sangat… indah.
Memang cukup banyak teman mencerca film ini, membosankanlah, gak jelaslah, dsb. As for me, saya cukup konsen dengan film ini untuk bisa mengabaikan sepasang anak muda yang sibuk bisik-bisik dengan suara medium dan dengan bahasa non-Indonesia di sebelah saya. Tapi ketika si cowok dengan tanpa dosa membiarkan lampu layar hapenya tetap menyala terang benderang, habis sudah kesabaran saya. Ya mbok kalo gak ngerti filmnya gak usah maksain diri nonton deh. Atau kalaupun emang pengen banget, please, a little research won’t harm you!
Oya, pesona Brosnan ketutup sama McGregor. Really.

No comments: