Beberapa hari
ini, timeline riuh dengan pro dan
kontra tentang bendera Prancis – atau yang beberapa orang rujuk sebagai
“belang-belang” – pada gambar profil di Facebook. Mungkin mereka sering bolos
waktu pelajaran Geografi di sekolah dulu.
Mendadak, banyak
orang menjadi nasionalis.
“Kalian ngapain
waktu bencana kabut? Masang bendera Merah Putih, gak?” kira-kira begitu
komentar mereka. Entah, mereka ngapain juga waktu terjadi kabut beberapa waktu
yang lalu. Yang jelas, Facebook tidak menyediakan aplikasi untuk menyertakan
gambar bendera Merah Putih pada gambar profil kita waktu itu. Kalau ada, pasti
saya pasang.
Banyak orang
menyandingkan kondisi negara-negara konflik seperti Suriah, Iran, dan Beirut
dengan tragedi Paris. “Orang-orang mati dibunuh, kena peluru nyasar, kena bom
setiap hari di sana, dan kalian diam saja, kan!” begitu kurang lebih seruan
mereka. Mungkin mereka tidak punya akses kepada saluran berita yang mengulas
kondisi di negara-negara tersebut hampir setiap hari.
Bahkan ada yang
mempertanyakan mengapa foto profil dengan bendera Prancis itu adalah foto
bahagia yang penuh senyum. “Kok menyampaikan simpati sambil tersenyum ceria?”
begitu kira-kira protes mereka.
Mengapa?
Mengapa melakukan
sesuatu yang sederhana, seperti menunjukkan simpati dalam cara yang sangat
sederhana itu dianggap berlebihan?
Kata sahabat saya,
kok masang bendera Prancis di foto profil kayak nyumbang 5 miliar ke Prancis.
Saya menyambung, dan seolah-olah 5 miliarnya diambil dari uang mereka yang
protes-protes itu.
Nasionalisme?
Adakah satu orang
pun di sini, warga negara Indonesia, yang tidak pernah sekali pun mencemooh
absurdnya negara tersayang ini? Atau membandingkan Indonesia dengan negara lain
dalam cara apa pun? Sudah lupakah Anda yang pernah mencetus, “Dasar orang
Indonesia!” dan gemas mengapa orang-orang kita tidak bisa seperti warga negara
lain yang tertib dan tidak malu-maluin?
Apakah
menunjukkan simpati kepada negara lain serta-merta berarti cinta kita kepada
negara sendiri luntur? Omong-omong, adakah yang tanggal 10 November kemarin
merayakan Hari Pahlawan, atau Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober?
Kalau kata
sahabat saya tadi, masih syukur (Indonesia banget, sih) yang dibuatkan aplikasi
adalah bendera Prancis, bukan bendera Indonesia. Mohon direnungkan sendiri ya
artinya.
Bagaimana dengan
Suriah, Iran, Beirut, Palestina, kabut asap? Ya, saya setuju, itu semua mengerikan.
Tapi konteksnya berbeda. Sudah cukup banyak, kok, tulisan singkat mengenai
perbandingan yang tidak tepat ini. Ngeri, sensitif topiknya yang ini. Tapi,
jika Anda punya hasrat tak terbendung untuk membanding-bandingkan setiap
tragedi yang terjadi, saya sarankan untuk membandingkan Serangan Paris dengan
Bom Bali (2002). Kondisinya mirip, orang-orang sedang santai, siap bersenang-senang
setelah menjalani hari, lalu tiba-tiba nyawa mereka terputus. Atau coba
bandingkan dengan 9/11 (2001), saat orang-orang sedang bersiap untuk bekerja dan
mencari nafkah, kalau Anda punya ketidaksukaan serius dengan konsep
bersenang-senang.
Wajah bahagia
pada foto profil? Serius? Anda mau saya ganti foto profil dengan wajah saya
yang sedang bermuram durja, dengan tempelan bendera Prancis? Oh, saya BISA
membayangkan komentar sengit yang akan bermunculan. Lagi ketawa aja dianggap
tidak nasionalis, apalagi sambil murung.
Sebuah tragedi
baru terjadi. Orang-orang berduka. Orang-orang mengalami teror. Apa yang Anda
lakukan jika sesama Anda berduka dan diteror? Anda berdiri bersama mereka. Anda
menunjukkan simpati, atau jika nilai EQ Anda cukup bagus, Anda berempati
terhadap mereka. Terlepas dari batas negara, agama, kondisi politik, dan
sebagainya, kita adalah sesama warga Bumi.
Namun, jika Anda
merasa Anda harus mengecam tindakan simpati terhadap tragedi kemanusiaan hanya karena
berseberangan dengan pendapat dan paham-paham Anda, maafkan saya karena harus
berkata: Anda butuh piknik.
No comments:
Post a Comment