Wednesday, 16 November 2016
#kamiahok
Hari ini, gubernurku ditetapkan sebagai tersangka.
Hatiku mencelus, jauh, jauh ke dasar.
Sekalipun sudah diduga akan begini jalannya, namun tetap, ada rasa sedih, getir, lega.
Sedih, mengapa harus begini jalannya. Mengapa orang yang sudah memberi begitu banyak untuk kota ini dinihilkan (hanya) karena perkataannya.
Getir, karena di balik isu agama, yang ada sebenarnya perebutan kekuasaan. Banyak orang lugu yang menelan mentah-mentah isu tersebut.
Lega, karena setidaknya hal ini akan menenangkan sesaat gejolak masyarakat, dan kemungkinan besar akan membatalkan demo minggu depan. Mereka tidak punya alasan lagi, kan, untuk mengadakan demo lanjutan?
Di atas itu semua, ada rasa bangga dan haru.
Menanggapi status ini, begitu banyak orang yang menyatakan dukungan kepada Pak Ahok. Dukungan tulus dan penuh kasih sayang dari orang-orang yang secara langsung dan tidak langsung telah disentuh oleh beliau.
We love you, Pak.
I really want to cry.
Monday, 7 November 2016
SX 4 rusak! :(
Semua berawal
dari rasa lapar beberapa waktu setelah makan malam.
Malam itu, sesuai
rencana, kami mengambil cucian bedcover
yang sudah dititipkan sejak seminggu yang lalu. Karena sekalian mengeluarkan
mobil (bedcover-nya 4 lembar aja),
kita terpikir untuk jajan-jajan lucu.
Pilihan jatuh ke
McD Puri Indah, karena di sana ada playground,
jadi Ben bisa menyalurkan energi di sana, sekaligus kita bisa beli Happy Meal buat mendapatkan hadiah
topeng Transformer (padahal gak ada yang nge-fan juga :p).
Kami membelah
jalan dengan riang, tanpa hambatan berarti kecuali sedikit penyempitan jalan
dekat pintu keluar tol.
Masuk di parkiran
McD semua juga masih aman. Kami memesan lewat drive thru’ (biar dapet gratisan stiker), membayar, lalu mencari
parkir. Nah, waktu hendak parkir inilah, Ben tiba-tiba berkomentar, “Papa, itu
kok lampunya nyala lagi?”
Yang dimaksud Ben
adalah lampu peringatan ABS. Bulan Juli kemarin kami baru melakukan servis
sedang karena lampu ABS terus menyala. Setelah diperiksa, ternyata kabelnya
putus gara-gara digigit tikus. Ergh.
Aries kaget, lalu
sadar, “Eh, kok setirnya berat banget, ya.”
Saya dan Ben
turun duluan, Aries masih cari tempat parkir.
Begitu masuk,
wajahnya tegang, tangannya pucat (ho oh, gak tau kenapa tangannya yang pucat,
bukan mukanya). Dia menggeleng-geleng, “Gak bisa.”
Setir masih berat
banget, dan lampu dasbor semua menyala. Kami langsung menelepon Halo Suzuki
(1800-1100-800) dan diterima oleh CS yang responsif. Aries kembali ke mobil
untuk mengetes, ternyata semua normal lagi. Kami sedikit tenang, namun tetap
waspada dan mencari-cari info tentang kemungkinan kerusakan.
Malam itu saya
nyaris tidak bisa menelan burger ayam yang saya pesan. Selain kepikiran soal
mobil, ini rotinya kayak karet, bo!
Masuk mobil,
semua berjalan lancar, namun lampu ABS masih menyala. Aries lalu menepikan
mobil untuk mematikan mesin, lalu menyalakannya lagi.
Monday, 31 October 2016
CIMORY: one-stop short getaway
CIMORY RIVERSIDE – Cisarua
Sabtu, 29 Oktober 2016
Setelah mengisi perut di Bogor dengan soto mie Mang
Ohim yang not bad at all itu, kami
bingung mau ke mana lagi. Ke Kebun Raya Bogor, malas, hihi. Setelah pikir punya
pikir, kita memutuskan naik ke Cimory.
Satu jam perjalanan kami tempuh, macet di sana
sini, tiba juga kami di lokasi. Sempat pesimis tidak dapat parkir karena
restoran lagi penuh, eh tahu-tahu ada mobil yang mau keluar, pas banget. Berkah
anak soleh.
Hujan sedang lebat sekali waktu itu. Kami dapat
tempat duduk agak di tengah, di atas, bagian non-smoking. Aries sebenarnya
ingin duduk di pinggir birai, langsung melihat pemandangan sungai, namun kami
kalah cepat dengan tamu lain.
Tidak lama kemudian, saya ke toilet. Keluar dari
sana, melewati tempat duduk yang tadi kami incar. Mejanya kosong dan bersih,
tidak ada tanda “RESERVED” seperti yang saya lihat di beberapa meja. Saya
bertanya kepada seorang pelayan, “Kosong?” Dia mengangguk, lalu mengonfirmasi
ke rekannya. Rekannya juga mengangguk, “Kosong.” Dengan riang saya memanggil
Aries dan Ben untuk pindah. Pelayan juga langsung mempersiapkan meja,
menyodorkan buku menu. Seorang pelayan lain datang, mencatat pesanan kami
dengan ramah. Belum juga 5 menit duduk tenang, tiba-tiba si pelayan tersebut
kembali dengan bergegas.
“Maaf Bu, ternyata tempat ini sudah direservasi.”
Di belakangnya tampak sepasang pria-wanita yang
memegang selembar kertas yang bertuliskan angka.
“Lho, tadi saya tanya katanya kosong?” bantah saya.
“Iya Bu, ini tadi dari pihak reservasi yang
memberikan meja ke tamu ini,” jawab si pelayan.
Setelah berbantahan lagi sebentar, akhirnya kami
memutuskan untuk angkat kaki saja dari meja itu.
Tamu lain tersebut, si pria, mencoba memecahkan
kekikukan, “Di sini yang atur bagian reservasinya, Mbak. Nih, saya dikasih
nomornya,” dia mengangkat kertas tersebut.
Saya hanya menyunggingkan senyum “don’t-care-bruh.”
Dia salting.
Sang wanita mencetus, “Maaf ya, Bu,” ketika saya
melewatinya. Kali ini saya tersenyum tulus padanya.
Di meja baru, kami berusaha tetap semangat.
Sayangnya, makanan yang datang mengecewakan. Zuppa soup-nya asin, rotinya
kelewat renyah. Biasanya roti pada zuppa soup menempel hingga ke dalam mangkuk,
tapi yang ini lepas. Mie gorengnya lumayan, tetapi topping-nya dingin. Coffee
latte-nya? Hmm, not bad, hanya saja susunya banyak bener. Mentang-mentang
produksi dairy nih, hahaha.
Memutuskan untuk don’t waste fun, Aries mengajak Ben turun duluan untuk lihat-lihat.
Setelah membayar, saya ikut turun. Eh lah, kaget saya nemuin satu game centre kecil di situ! Ben udah
kegirangan banget dan langsung minta dibeliin koin. Empat koin dikenai 10 ribu
rupiah.
Setelah puas main, kami turun ke bawah lagi. Cimory
Forest Walk, namanya. Di hutan itu kita bisa melihat sapi dari jarak dekat, kelinci
(cuma seekor yang kami lihat), rusa, beberapa burung (ada kasuari, kakaktua).
Yang lucu waktu kami ketemu kandang rusa yang masih muda. Mereka
beringsut-ingsut menjauh setiap kami melangkah mendekat. Dengan matanya yang
cantik, mereka memandang kami curiga, sambil siap-siap lari. Hihi.
Oh ya, untuk masuk ke sini, kita harus membayar
lagi, 10 ribu per orang. Lumayan, dapet satu bungkus sari kacang kedelai dari
Cimory ukuran 200 ml. Sari kacangnya enak! Wangi, manisnya pas. Berasa homemade banget.
Selesai dari Cimory Forest Walk, sesuai janji, kami
mengantar Ben main di playground.
Mainannya masih seperti dulu, ada jungkat-jungkit, monkey bars, perosotan. Sayangnya ada sisa muntahan di sana. Hiy.
Buru-buru saya menginformasikan kepada petugas yang tak lama kemudian sigap
membersihkannya. Kudos!
Sambil menunggu Ben main, saya masuk ke factory outlet di samping playground.
Baju-bajunya bagus, sayangnya harganya menurut saya masih lumayan mahal,
berkisar dari 85 ribu hingga ratusan ribu.
Menjelang pulang, kami mampir ke toko oleh-olehnya.
Kami membeli sekotak crispy brownies dua rasa (almond dan choco chips) untuk bekal di jalan.
Memang harus mengikuti instruksinya, lebih baik disimpan di dalam kulkas.
Soalnya, kalau dalam keadaan suhu biasa, brownies-nya
asli crispy, alias pecah-pecah,
hehehe. Keluar dari kulkas sih udah enyaakk.
Overall, kami cukup terkesan dengan liburan di sini,
serasa one-stop short getaway.
Trivia:
Tahukah kamu, Cimory adalah singkatan dari Cisaura Mountain Dairy?
-->
Monday, 17 October 2016
Another No?
Tiga bulan sudah berlalu sejak Juli 2016.
Namun belum ada tanda-tanda.
Bulan pertama, si tamu bulanan datang tepat sesuai prediksi aplikasi Period Plus.
Bulan kedua, si tamu terlambat tiga hari, sukses membuatku ge-er. Lengkap dengan gejala seperti cepat lelah, flu, yang kualami pula di bulan kedua. Namun tepat di saat aku hendak membeli test pack, si tamu datang tanpa memberi salam terlebih dahulu.
Bulan ketiga, atau bulan ini, terlambat lagi tiga hari. Kali ini, aku tidak mau ge-er. Sekalipun beberapa hari ini aku sering merasa mual, sangat mengantuk pada pukul 9 atau 10 pagi. Dan ketika tadi aku menemukan sedikit bercak merah, aku hanya bisa berbisik, "Mungkin tidak, lagi."
Tak adil rasanya kalau aku merasa kecewa, karena banyak sekali pasangan di luar sana yang sudah mendambakan buah hati lebih dari tiga bulan. Mungkin sudah tiga tahun, enam tahun, sembilan tahun....
This is a humbling journey for me.
Harus kuakui, selama ini aku salah kaprah. Waktu Ben lahir, aku mengira aku begitu subur. Aku mau Ben ada, jadilah dia.
Namun ternyata hal itu sama sekali keliru. Tuhan mau Ben ada, jadilah dia.
Kebenaran itu menjungkirbalikkan persepsiku. Karena Ben ada atas maunya Tuhan, berarti Ben adalah anugerah, bukan beban.
Dan untuk yang kedua ini... Mungkin belum saatnya. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan anugerah-Nya lewat hal-hal lain.
Lagipula, aku sudah menerima anugerah-Nya yang terbesar :)
Tuesday, 20 September 2016
Engkau Alasan
Kuhidup kar'na anugrah-Mu
Tiada satu pun dapat kubanggakan
Semua karena cinta-Mu
Ini hidupku pimpin jalanku
Kasih-Mu mengubah hidupku
Kau memilihku s'lamatkan hidupku
Semua karena cinta-Mu
Ini hidupku pimpin jalanku
Reff: Yesus pegang erat tanganku
Ku tak dapat hidup di luar kasihMu
Bapa jangan tinggalkan aku
Engkau alasan s'lama kuhidup
Thursday, 15 September 2016
Mom, Take Some Rest, Please?
One day, I overheard a mom scolding her cheeky daughter:
"Kamu main gitu lagi Mami cubit setengah mati ya! Mami tampar ya! Seharian gak mau makan, beratmu cuma 12 kg, udah mau 4 tahun!"
Translated:
"Stop playing like that! Else, I will pinch you like I really mean it to! Oh I will slap you! You wouldn't eat for a whole day, don't you know you only weigh 12 kgs, you're almost 4 already!"
Translated:
"Stop playing like that! Else, I will pinch you like I really mean it to! Oh I will slap you! You wouldn't eat for a whole day, don't you know you only weigh 12 kgs, you're almost 4 already!"
Geez.
So much pressure for a toddler.
No wonder it's said mother needs more vacation.
Well of course, I stopped and thought, I might have shared the same attitude towards my son. When I scolded him and like put all of the burden of the world on his fragile shoulders :(
Sorry, kid.
Sometimes we just forget that we, mothers, adults, should take the responsibility, not the kid.
Sorry, kid.
Sometimes we are overwhelmed and put the blame on you.
You, a little creature who should enjoy your life more with joy and laughter, not with burden to have proper weight on scale.
HUGS.
Well of course, I stopped and thought, I might have shared the same attitude towards my son. When I scolded him and like put all of the burden of the world on his fragile shoulders :(
Sorry, kid.
Sometimes we just forget that we, mothers, adults, should take the responsibility, not the kid.
Sorry, kid.
Sometimes we are overwhelmed and put the blame on you.
You, a little creature who should enjoy your life more with joy and laughter, not with burden to have proper weight on scale.
HUGS.
Wednesday, 7 September 2016
good, or right?
Sometimes, being good is more important than being right.
Sometimes, creating pleasant ambience is more important than making your point known and heard out loud.
I'm still learning to do those, to be a peace agent, rather holding up my shield and spear every time.
Saturday, 27 August 2016
in wrath
Little Missy is getting married.
Little Missy being bossy as always.
Oh Little Missy can you adjust in your future grand family,
'Cos I can't be happier to see you in trouble, at last.
Monday, 25 July 2016
Bersih-bersih Membawa Musibah :'(
Semalam, sehabis menyelesaikan file terakhir terjemahan MDRT, saya merapikan dokumen saya. Dokumen saya tercecer di mana-mana, karena itu dengan semangat saya mulai menghapus, memindahkan, menamakan ulang, apa saja, supaya tidak terlihat cluttered lagi.
Setelah menghapus beberapa file, isenglah saya buka Trash. Isi tong sampah hanya bekas file saya. Lalu saya putuskan untuk empty Trash. Selesai. Saya tidur dengan puas malam itu.
Sampai besok pagi.
Alias pagi tadi.
Klien saya mengirim email.
"Dewi, tolong cek email, sepertinya file yang kamu kirim pertama masih dalam bahasa Inggris."
Saya yang, WHAT? Oh, mungkin file terjemahannya tertukar dengan yang bahasa Inggris.
Yang tentu saja, tidak demikian halnya, Saudara-saudara.
Saya cari sampe mejret juga gak ada file terjemahan tersebut, yang saya yakin benar sudah saya kerjakan. Akhirnya pasrah, mau gak mau kerjain ulang. Mau recovery, keburu mumet baca instruksi. Suamiku yang sangat suportif itu akhirnya membawa kami ke IKEA, supaya saya bisa konsen kerja di sana, sementara Ben main di Smaland, dan setelah itu dia membawa Ben muter-muter di showroom selama 1 jam.
Kurang lebih 2 jam saya nongkrong di bistro IKEA, berhasil menyelesaikan separuh file, yeayy! Btw, kursi dan mejanya enak juga lho buat kerja, saya gak pegal sama sekali selama 2 jam straight kerja itu.
Sekarang, sudah selesai! My God, I just want to sleep right now.
Thank you, God. Thank you, my dear.
Setelah menghapus beberapa file, isenglah saya buka Trash. Isi tong sampah hanya bekas file saya. Lalu saya putuskan untuk empty Trash. Selesai. Saya tidur dengan puas malam itu.
Sampai besok pagi.
Alias pagi tadi.
Klien saya mengirim email.
"Dewi, tolong cek email, sepertinya file yang kamu kirim pertama masih dalam bahasa Inggris."
Saya yang, WHAT? Oh, mungkin file terjemahannya tertukar dengan yang bahasa Inggris.
Yang tentu saja, tidak demikian halnya, Saudara-saudara.
Saya cari sampe mejret juga gak ada file terjemahan tersebut, yang saya yakin benar sudah saya kerjakan. Akhirnya pasrah, mau gak mau kerjain ulang. Mau recovery, keburu mumet baca instruksi. Suamiku yang sangat suportif itu akhirnya membawa kami ke IKEA, supaya saya bisa konsen kerja di sana, sementara Ben main di Smaland, dan setelah itu dia membawa Ben muter-muter di showroom selama 1 jam.
Kurang lebih 2 jam saya nongkrong di bistro IKEA, berhasil menyelesaikan separuh file, yeayy! Btw, kursi dan mejanya enak juga lho buat kerja, saya gak pegal sama sekali selama 2 jam straight kerja itu.
Sekarang, sudah selesai! My God, I just want to sleep right now.
Thank you, God. Thank you, my dear.
Monday, 18 July 2016
Sunday, 17 July 2016
Sunday, 12 June 2016
Oriental Circus Indonesia - Hanoman the Dreamer - mimpi yang patah
11 Juni
2016
Hari ini
kita nyobain nonton sirkus untuk pertama kalinya.
Sebenernya
udah sering denger beberapa tahun terakhir, karena lokasi penampilan sirkus
biasanya di Serpong, dekat tempat tinggal kakak saya dahulu. Tetapi kayaknya
sirkus yang biasanya tampil itu beda, deh, dengan sirkus kali ini; Oriental
Circus Indonesia (OCI).
Tessa,
teman baik saya, meracuni saya buat pergi nonton. Saya agak ragu tadinya,
mengingat Ben punya kecenderungan jiper dengan penampilan visual jadi-jadian,
seperti barongsai, badut, dan maskot. Apa kabar sirkus, yang pastinya penuh
orang berkostum aneh-aneh? “Anak gue aja semangat banget, bo, nontonnya! Ben
pasti seneng juga, deh!” begitu dia meracuni saya. Anak yang dimaksudkannya
adalah putri bungsunya yang belum 2 tahun. Jadi, saya pikir, Ben yang sudah 4
tahun pasti lebih bisa mengikuti acara.
Wednesday, 25 May 2016
[Review] KIUBI WAXING STUDIO
Mumpung lagi mumet sama kerjaan, yuk nge-review.
Selama kurang lebih dua tahun terakhir, saya rajin nge-wax bulu kaki (lower legs). Setelah 3 kali ganti produk, akhirnya saya menjatuhkan
hati pada produk ini.
Nah, menjelang ulang tahun saya bulan ini, terpikirlah untuk
menggunakan jasa waxing studio. Boleh
dong, sesekali ngerasain layanan waxing
profesional. Lagipula kalo nge-wax
sendiri suka ribet pas bagian betis, suka gak keliatan, bok.
Jadilah awal bulan lalu, tepatnya 6 Mei, pada hari libur yang
indah, setelah merayu-rayu suami, saya pun diantar ke Kiubi Waxing Studio.
Kenapa pilih di sana, karena:
1.
Lokasi dekat rumah
2.
Harganya paling murah
dibandingkan yang lain. Sempet naksir satu waxing
studio, tapi lokasinya jauh dan harganya dua kali lipat Kiubi untuk layanan
yang saya inginkan. Pankapan saya coba deh di situ, soalnya bahan wax-nya digadang-gadang lebih baik
daripada sugar wax, yang selama ini
saya gunakan dan juga dipakai di Kiubi.
Thursday, 12 May 2016
Mantan Baper
Seumur hidup saya yang baru tiga puluh lima lewat sebelas bulan delapan belas hari ini, ada satu fakta yang agak miris.
Saya gak punya mantan.
Mantan pacar, ya, maksudnya. Kalau mantan guru, mantan temen sih, banyak, hohoho.
Kenapa gak punya, karena memang saya lebih banyak terjerumus dalam hubungan tanpa status. Sekarang sih istilahnya lebih keren: Friendzone. Rasa sakit dan nyeseknya sih, podo.
Namanya saja hubungan tanpa status, selama masih berada dalam hubungan itu aja gak ada hak buat nuntut apa-apa, apalagi kalau udah di luar hubungan itu. Menyebut diri mantan si X aja, rasanya gak tepat. Yang ada senewen sendiri, nangis sendiri, marah-marah sendiri, kecewa sendiri, dendam sendiri. Sementara, lebih sering, si X udah move on, bhaaay!
*ya, ini curhat*
Jadi, berbahagialah kalian yang punya hak untuk menamakan diri sebagai MANTAN, apalagi gelar mantan terindah, behhh... itu semacam lifetime achievement award, karena itu berarti, kalian punya hak untuk senewen, nangis, marah-marah, kecewa, melampiaskan dendam di hadapan publik!
Atau tidak?
Saya gak punya mantan.
Mantan pacar, ya, maksudnya. Kalau mantan guru, mantan temen sih, banyak, hohoho.
Kenapa gak punya, karena memang saya lebih banyak terjerumus dalam hubungan tanpa status. Sekarang sih istilahnya lebih keren: Friendzone. Rasa sakit dan nyeseknya sih, podo.
Namanya saja hubungan tanpa status, selama masih berada dalam hubungan itu aja gak ada hak buat nuntut apa-apa, apalagi kalau udah di luar hubungan itu. Menyebut diri mantan si X aja, rasanya gak tepat. Yang ada senewen sendiri, nangis sendiri, marah-marah sendiri, kecewa sendiri, dendam sendiri. Sementara, lebih sering, si X udah move on, bhaaay!
*ya, ini curhat*
Jadi, berbahagialah kalian yang punya hak untuk menamakan diri sebagai MANTAN, apalagi gelar mantan terindah, behhh... itu semacam lifetime achievement award, karena itu berarti, kalian punya hak untuk senewen, nangis, marah-marah, kecewa, melampiaskan dendam di hadapan publik!
Atau tidak?
Thursday, 14 April 2016
Pilihanku, Tanggung Jawabku
Aku yang memilih.
Aku sudah mengambil pilihan.
Dan selayaknya, aku tidak menyeret orang lain untuk ikut bertanggung jawab demi jaminan lestarinya pilihan itu.
Alih-alih menyalahkan orang lain, akulah yang harus belajar mengelola.
Alih-alih marah-marah, akulah yang harus belajar tenang.
*penyakit awal dapet proyek baru*
Aku sudah mengambil pilihan.
Dan selayaknya, aku tidak menyeret orang lain untuk ikut bertanggung jawab demi jaminan lestarinya pilihan itu.
Alih-alih menyalahkan orang lain, akulah yang harus belajar mengelola.
Alih-alih marah-marah, akulah yang harus belajar tenang.
*penyakit awal dapet proyek baru*
Wednesday, 23 March 2016
It's Wonderful How You Feel After A Decay In Your Body Was Treated
Sebulan yang lalu, saya shock saat melihat kondisi gigi geraham saya. Hitam, keropos. Jelek sekali kelihatannya. Dokter gigi. Hanya itu yang terlintas di pikiran saya. Mati deh.
Dari kecil saya takut dengan dokter gigi. Gara-gara dulu satu-satunya dokter gigi di kampung saya, seorang perempuan berbadan mungil, luar biasa galaknya kepada para pasiennya. Pergi ke sana adalah siksaan. Udah dimarah-marahin karena nggak merawat gigi dengan baik, harus menahan sakit pula waktu disuntik atau dibor, ujung-ujungnya, harus bayar lagi! Dan, ongkos dokter gigi kan biasanya premiummm....
Namun, kali ini tekad saya sudah cukup bulat. Saya merenungkan uang yang sudah saya gunakan untuk membeli pakaian, alat make up (seadanya), sepatu, makanan, tapi tidak untuk kesehatan anggota tubuh yang satu ini. Padahal, tahu sendiri betapa hebatnya penderitaan yang harus seorang manusia tanggung jika giginya rusak.
Berbekal honor terakhir yang saya terima sebelum liburan, saya memutuskan untuk pergi ke dokter gigi dekat rumah yang cukup modern fasilitasnya. Dokter gigi perempuan lagi :)
Kurang lebih 30 menit saya menganga dan membiarkan tangan dingin tante dokter mencungkil, membor, mengorek dua gigi saya. Kaki saya mengejang setiap kali terasa ngilu. Dahi saya sampai basah oleh keringat dingin yang dilap penuh kasih sayang oleh si tante dokter :')
Selesai perawatan, saya buru-buru mencari kaca untuk melihat gigi saya. Lho! Kok masih hitam?!
Lah. Saya salah tunjuk gigi tadi >.<
Tapi emang gigi yang dirawat tadi sudah bolong dan menembus gigi depannya, jadi ya gak salah juga sih, hahahaha.
Dan tahukah, rasanya enaaaak sekali. Tiba-tiba, saya merasa lebih percaya diri. Tiba-tiba, jari tengah kanan saya yang 2 tahun terakhir ini mendadak sering ngilu sendiri, terasa jauh lebih kuat. Tiba-tiba, saya merasa... sangat nyaman.
Hanya karena ada kerusakan kecil yang telah diperbaiki.
Tak bisa dielakkan, pikiran saya langsung terbang kepada kehidupan saya sendiri. Bukankah mirip dengan hati kita? Sering ada kebusukan-kebusukan dalam hati kita, membuat hidup kita terasa penuh beban, tidak lepas, sebentar-sebentar terasa sakit.
Mungkin sekarang saatnya kita datang kepada sang Tabib Agung, menyerahkan diri untuk diperiksa, dikorek, dicungkil, ditambal. Sesakit apa pun itu, percayalah, kita tidak akan mati gara-garanya. Semakin dalam kebusukan itu, kerusakan hati itu, semakin lama juga pengerjaannya. Tante dokter kemarin cukup lama mengorek gigi saya yang sudah busuk itu karena, "Kalau masih empuk, harus terus dicungkil sampai ketemu gigi yang masih keras. Karena kalau tidak, kebusukannya akan menyebar terus."
Jangan mengeluh dan jangan heran jika ada satu area tertentu yang terus dikorek oleh Tuhan. Mungkin memang belum selesai, masih banyak yang harus dibersihkan.
Ketika saya sempat kesal kepada diri sendiri kenapa tidak ingat posisi gigi yang tadinya saya ingin bersihkan, saya diingatkan ini, mirip dengan proses Tuhan. Ada kalanya kita mengira, satu area tertentu yang akan Tuhan bereskan. Eh, ternyata, ada area lain yang lebih menarik perhatian Tuhan, yang harus Dia pulihkan terlebih dahulu.
Minggu depan, saya sudah memutuskan, untuk datang kembali, membereskan lubang-lubang yang lain. Meskipun sudah diwanti-wanti si tante bahwa rasanya akan lebih ngilu lagi karena posisi gigi seri, saya akan menabahkan hati. Karena saya tahu sekarang the good feeling yang saya rasakan setelah proses tersebut.
Dari kecil saya takut dengan dokter gigi. Gara-gara dulu satu-satunya dokter gigi di kampung saya, seorang perempuan berbadan mungil, luar biasa galaknya kepada para pasiennya. Pergi ke sana adalah siksaan. Udah dimarah-marahin karena nggak merawat gigi dengan baik, harus menahan sakit pula waktu disuntik atau dibor, ujung-ujungnya, harus bayar lagi! Dan, ongkos dokter gigi kan biasanya premiummm....
Namun, kali ini tekad saya sudah cukup bulat. Saya merenungkan uang yang sudah saya gunakan untuk membeli pakaian, alat make up (seadanya), sepatu, makanan, tapi tidak untuk kesehatan anggota tubuh yang satu ini. Padahal, tahu sendiri betapa hebatnya penderitaan yang harus seorang manusia tanggung jika giginya rusak.
Berbekal honor terakhir yang saya terima sebelum liburan, saya memutuskan untuk pergi ke dokter gigi dekat rumah yang cukup modern fasilitasnya. Dokter gigi perempuan lagi :)
Kurang lebih 30 menit saya menganga dan membiarkan tangan dingin tante dokter mencungkil, membor, mengorek dua gigi saya. Kaki saya mengejang setiap kali terasa ngilu. Dahi saya sampai basah oleh keringat dingin yang dilap penuh kasih sayang oleh si tante dokter :')
Selesai perawatan, saya buru-buru mencari kaca untuk melihat gigi saya. Lho! Kok masih hitam?!
Lah. Saya salah tunjuk gigi tadi >.<
Tapi emang gigi yang dirawat tadi sudah bolong dan menembus gigi depannya, jadi ya gak salah juga sih, hahahaha.
Dan tahukah, rasanya enaaaak sekali. Tiba-tiba, saya merasa lebih percaya diri. Tiba-tiba, jari tengah kanan saya yang 2 tahun terakhir ini mendadak sering ngilu sendiri, terasa jauh lebih kuat. Tiba-tiba, saya merasa... sangat nyaman.
Hanya karena ada kerusakan kecil yang telah diperbaiki.
Tak bisa dielakkan, pikiran saya langsung terbang kepada kehidupan saya sendiri. Bukankah mirip dengan hati kita? Sering ada kebusukan-kebusukan dalam hati kita, membuat hidup kita terasa penuh beban, tidak lepas, sebentar-sebentar terasa sakit.
Mungkin sekarang saatnya kita datang kepada sang Tabib Agung, menyerahkan diri untuk diperiksa, dikorek, dicungkil, ditambal. Sesakit apa pun itu, percayalah, kita tidak akan mati gara-garanya. Semakin dalam kebusukan itu, kerusakan hati itu, semakin lama juga pengerjaannya. Tante dokter kemarin cukup lama mengorek gigi saya yang sudah busuk itu karena, "Kalau masih empuk, harus terus dicungkil sampai ketemu gigi yang masih keras. Karena kalau tidak, kebusukannya akan menyebar terus."
Jangan mengeluh dan jangan heran jika ada satu area tertentu yang terus dikorek oleh Tuhan. Mungkin memang belum selesai, masih banyak yang harus dibersihkan.
Ketika saya sempat kesal kepada diri sendiri kenapa tidak ingat posisi gigi yang tadinya saya ingin bersihkan, saya diingatkan ini, mirip dengan proses Tuhan. Ada kalanya kita mengira, satu area tertentu yang akan Tuhan bereskan. Eh, ternyata, ada area lain yang lebih menarik perhatian Tuhan, yang harus Dia pulihkan terlebih dahulu.
Minggu depan, saya sudah memutuskan, untuk datang kembali, membereskan lubang-lubang yang lain. Meskipun sudah diwanti-wanti si tante bahwa rasanya akan lebih ngilu lagi karena posisi gigi seri, saya akan menabahkan hati. Karena saya tahu sekarang the good feeling yang saya rasakan setelah proses tersebut.
Subscribe to:
Posts (Atom)