Saturday 21 November 2009

inner-outer

Suatu kali saya ketemu dengan seorang teman lama di pesta pernikahan teman kami. Tak biasanya, dia tidak ditemani sang pacar. Ya jelas saya nanya, "Lho, cowok lu mana?"
Dia menjawab pelan, "Lagi ada kerjaan."
Mencium ada yang aneh, saya nanya lagi, "Ow... Gimana lu sekarang ma dia? Kapan mo merit?"

Pertanyaan ampuh itu langsung membuat dia bercerita panjang lebar. Ternyata mereka sedang break sementara karena orang tua si cowok tidak setuju mereka berpacaran. Padahal mereka sudah jalan 4 tahun dan orang tua cowoknya baru menyatakan ketidaksukaan mereka. Yang lebih tragis adalah alasan mengapa orang tua si cowok tidak setuju.
"Kata mereka gue gendut, pendek dan sakit-sakitan," jawabnya sendu.
Dan buat menambah luka hatinya, si cowok pun menyarankan dia agar ikut program penambahan tinggi badan.
Mendengar kisah itu saya jadi prihatin, ternyata buat sebagian besar orang, penampilan memang nomor satu. Saya bertanya-tanya, apakah orang tua si cowok tidak akan keberatan jika calon menantunya tinggi, putih, langsing, rajin olah raga, tapi ternyata matre, tidak berpendidikan atau hobi belanja tas impor mahal padahal pendapatan sang suami gak seberapa.
Celakanya, apa yang kelihatan seringkali menjadi pusat perhatian kita. Kita berusaha memoles diri kita sedemikian rupa agar kelihatan menarik bagi orang lain, tapi kita lupa apa yang di dalam sebenarnya lebih penting. Setiap hari kita disodorkan tayangan di layar kaca yang memberi pesan, "Kalo kamu putih, pasti ada cinta sejati yang menghampirimu", atau "Kalo wajahmu mulus, pasti bakal banyak cowok yang sayang kamu", atau "Kalo kamu tinggi, kamu pasti bisa ngambil tas di rak tinggi yang lagi di-sale itu" (eh ini mah bener, ya, haha) dsb dsb. Setiap hari otak kita menyerap pesan semacam itu, menyimpannya di dalam gudang data, lalu pada saat kita tidur, pesan itu pelan-pelan menyusup keluar dari dunia bawah sadar kita, meresap ke seluruh sel-sel tubuh kita, dan ketika besoknya bangun, kita bercermin dan tiba-tiba merasa, "Kok pipi gue lebih tembem ya hari ini? Kok lengan gue gede banget sih?"
Lalu merasa harus mulai fitness, mulai diet, olah raga, dsb dsb.
Nothing's wrong with that, sungguhhhh... saya juga pengen banget kalo pake baju you-can-see, lengan saya kelihatan kurus. Pengen banget kalo pake baju rada ketat perut saya tetap kelihatan rata.
Tapi kalo motivasinya biar "ada yang naksir", "biar laku", saya sih kurang setuju. Mendingan buat menghargai diri sendiri, biar lebih sehat... efek sampingnya kalo tiba-tiba ada cowok ganteng keren menyapa kita, yahh.. take it as reward :P
Kalo karakter didukung oleh penampilan kita yang oke, nah.. mantapppss :)

*kok jadinya intinya beda dari yang dimaksud dari awal ya? hahaha

No comments: